Sabtu, 07 Maret 2009

Al Qaidah Sangat Mungkin Terlibat Serangan di Lahore




ISLAMABAD - Kemajuan terus dicapai dalam upaya perburuan pelaku teror kepada tim kriket Sri Lanka di Lahore. Kemarin (6/3) pemerintah Pakistan berjanji bahwa pelaku yang sketsa wajahnya sudah disebar itu bakal segera ditangkap.

''Kami berhasil mengidentifikasi pelaku. Sudah ada penahanan, kami terus mengejar lainnya dan mengisolasi ruang gerak mereka,'' ujar Gubernur Provinsi Punjab Salmaan Taseer seperti dikutip The Independent.

Menteri Dalam Negeri Pakistan Rehman Malik, sebagaimana dikutip media lokal, mengatakan bahwa Al Qaidah sangat mungkin terlibat dalam serangan di Lahore itu. Kelompok teroris yang berbasis di wilayah perbatasan Pakistan-Afghanistan tersebut diyakini bekerja sama dengan militan lokal.

Sebelumnya, aparat keamanan Pakistan menangkap sekitar 20 orang yang diduga sebagai tersangka. Kepolisian Pakistan juga sudah merilis empat sketsa wajah pelaku serangan pada Kamis lalu (5/3).

Situasi keamanan Pakistan makin mengkhawatirkan setelah kemarin kembali terjadi teror. Kali ini terjadi di tempat suci yang sudah berdiri sejak abad ke-17 di barat laut Kota Dera Ismail Khan. Seperti dilansir Associated Press, pengeboman itu merusak salah satu sudut bangunan tersebut.

Pakistan pun kian jadi bulan-bulanan kritik. Wasit dari Australia Simon Taufel yang sedianya memimpin partai Pakistan versus Sri Lanka menyoroti buruknya pengamanan kepada tim Sri Lanka.

''Bagaimana bisa 25 tentara yang seharusnya ada di bus tim Sri Lanka tak kelihatan batang hidungnya saat serangan terjadi,'' katanya kepada media Australia. Kritik Taufel itu senada dengan pernyataan wasit dari Inggris Chris Broad awal pekan ini.

Namun, Ketua Dewan Kriket Pakistan Ijaz Butt membantah kritik tersebut. ''Yang dikatakan (Broad) tidak benar,'' tegasnya.

Menurut dia, Dewan Kriket Internasional sudah menyatakan bahwa leher seorang polisi tertembak ketika berusaha melindungi wasit dan rekannya. Ada enam polisi yang tewas di insiden tersebut.

Pada kemunculannya di depan publik kemarin, mantan presiden Pervez Musharraf mengatakan bahwa polisi saat itu seharusnya menembak mati para pelaku. ''Jika mereka pasukan elite, mereka seharusnya menembak mati siapa pun yang menyerangnya,'' ujar pensiunan jenderal Angkatan Darat Pakistan itu kepada wartawan di Lahore. ''Dari hasil latihan, mereka mestinya mampu bereaksi untuk membalas tembakan dalam waktu kurang dari tiga detik,'' lanjutnya.

Sementara itu, kubu oposisi menganggap bobroknya keamanan di era Presiden Asif Ali Zardari ini disebabkan pihak penguasa terlalu sibuk mempersolid kekuasaan. ''Mereka (pemerintah) harus bertanggung jawab,'' tegas Mushahid Hussain, salah seorang senator dari kubu oposisi.